Kamis, 13 Februari 2014

Kajian Wirid berdasarkan Ilmu Fisika

Suatu Tela'ah Kontemporer

Berdasarkan hadits-hadits shahih, banyak sekali Rasul SAW menekankan amalan tetap, baik yang sifatnya harian atau mingguan, dengan pengulangan ayat-ayat dan surat-surat tertentu.

Sekali kita sudah bulat tekad dan menjalankannya, bila terlewatkan amalan tersebut dari waktu yang biasa kita kerjakan itu maka dianjurkan Rasul SAW untuk diganti dan dikerjakan pada waktu lain, perhatikan hadits  ini:

“Siapa saja yang tidak berkesempatan untuk membaca wiridnya di waktu malam maka hendaknya dia baca di waktu pagi sebelum shalat zhuhur tiba maka seakan dia membacanya di waktu malam”. HR An Nasa'i dari Humaid bin Abdurrahman.

Hadits shahih dengan nada serupa juga didapat dari Umar bin Khaththab pada kitab Shahih Muslim dan diriwayatkan kembali oleh Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin.

Sedang di dalam kitab At-Tibyan, Imam Nawawi mengutip Sulaiman bin Yasar bahwa Abu Usayd (Sahabat Ahlul-Badr) berkata, "Aku tadi malam tertidur meninggalkan wiridku sampai pagi hari. Ketika bangun pagi itu, aku membaca untuk menggantinya, wiridku surat al Baqoroh, maka aku bermimpi seakan-akan seekor sapi betina menandukku."

Dari hadits Rasul SAW dan atsar sahabat diatas saja sudah jelas pentingnya ikatan waktu yang tetap untuk amalan kita, yang karena itu dia dinamakan 'Wirid' atau amalan yang ditetapkan waktunya.

Di sisi lain volume dari bacaan dizikir atau do'a juga menjadi perhatian beliau dalam banyak hadits shahih, selain ikatan waktunya, seperti membaca tasbih, tahmid dan takbir singkat sebanyak 33X setiap habis sholat fardhu atau surat al ikhlas, al falaq dan an naas masing-masing 3X sebelum tidur.

Apakah jumlah pengulangan mutlak hanya seperti yang dianjurkan Nabi SAW ? Atau hanya contoh untuk suatu pengulangan yang tetap ?  Mari kita kaji sabda Beliau di bawah ini:

"Barangsiapa yang pagi dan sore membaca 'Subhanallohi wabihamdih' 100X maka pada hari kiyamat tak ada seorangpun yang lebih utama daripadanya kecuali orang yang membaca seperti yang dibacanya atau ORANG YANG MEMBACANYA LEBIH DARI 100X." Hadits Shahih Muslim dari Abu Hurairoh RA.

Disitu kita melihat jumlah yang Beliau tetapkan tidaklah sakral, jadi kita boleh menentukan jumlahnya sesuai kelapangan waktu yang kita miliki, yang penting sedapat mungkin bisa selalu sama.

Mengapa ikatan waktu dan jumlah pengulangan yang sama menjadi begitu penting?  Di sini ada baiknya kita renungkan konsep dimensi alam dalam ilmu Fisika, yang mana dimensi alam paling dasar ada 3: materi, ruang dan waktu.

Gambaran sederhana, kita andaikan hati seseorang adalah batu yang sangat keras (dimensi materi), maka dengan tetesan air dijatuhkan pada titik yang sama dengan volume tetesan (dimensi materi) yang selalu sama dan interval waktu yang selalu sama (dimensi waktu), maka entah berapa bulan atau berapa tahun maka batu itu akan berlubang, apakah kita manusia masih tidak percaya tetesan air yang lembut bisa melubangi batu yang sangat keras ?  Ilmu fisika yang kita pelajari seperti teori tumbukan (momentum) tentu bisa menguraikan sebab-akibat dari proses ini.

Tetapi bila batu yang sangat keras itu kita kucur-kan tetesan air pada titik yang berbeda-beda atau titik yang sama dan interval waktu yang sama tapi volume yang berbeda, kadang se-tetes, kadang se-gayung dan kadang se-ember...pikirkanlah baik-baik bisa-kah suatu saat batu itu berlubang ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar