Senin, 03 Maret 2014

Wirid Surat-Surat Pilihan dari al-Qur'an



Takwil Hadits Keutamaan Surat Zahrawayn (Dua Yang Cemerlang) 
Al Baqoroh dan Ali Imron

Selain membaca al-Qur'an secara keseluruhan misalnya mengkhatamkan per minggu atau per bulan atau bahkan setahun sekali, kita juga dianjurkan untuk mengambil surat-surat tertentu untuk menjadi wirid harian atau mingguan tanpa harus mengganggu jadwal khataman diatas.

Hadits Rasul SAW banyak mengenai ini, yang paling utama me-wirid al-Baqoroh dan al-Imran, kemudian Beliau juga sangat menekankan al-Mulk untuk dibaca setiap hari. Dan al-Kahfi setiap Jum'at.

Dari hadits tentang keutamaan al-Baqoroh dan ali-Imran, beliau menyebut adanya 2 malaykat yg berbetuk dua awan sangat cemerlang (ZAHRAWAYN) yg akan membela pengamal al-baqoroh dan al-imron.

“Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur`an bersama mereka yang mengamalkannya di dunia. Yang paling depan adalah surah Al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya akan membela mereka yang mengamalkannya.” (HR. Muslim no. 805-253, dari Nawwas bin Sam'ani al Kilabi)

Rasul SAW menyebut dua malaykat tersebut berada paling depan di padang mahsyar, yang berarti setiap surat Qur'an juga punya malaykat pembela hanya punya posisi tersebar ke tengah dan belakang.  Juga dapat diartikan pengamal surat-surat lain harus menunggu antrian untuk pembelaan.

Seandainya hanya ada malaykat pembela untuk pengamal surat al-Baqoroh dan ali-Imron, maka Rasul SAW tidak akan menyebut mereka 'Paling Depan di Padang Mahsyar'.

Yang tidak mampu me-wirid al-Baqoroh dan ali-Imron dengan demikian boleh memilih surat mana yang disukai dan dianggap mudah untuk diwiridkan.

Mewirid surat Yasin memang hanya ada anjuran dalam hadits-hadits berderajat dhaif sampai hasan, tapi tetap tidak mengurangi nilai keutamaan sebagai surat al-Qur'an yang pasti akan punya malaykat pembela di padang mahsyar nanti bagi yang me-wirid-nya.

Insya Allah kita akan menyaksikannya nanti.

Sabtu, 01 Maret 2014

Di bawah bayang-bayang Surat Yaasiin dan Al-Kahfi


Suatu Refleksi 44 Tahun Kehidupan

 Setelah 25 tahun meninggalkan hafalan beberapa surat al Qur'an, Allah SWT menganugerahi saya waktu luang, diantara jeda project, untuk mengulang kembali hafalan surat-surat favourite saya, semasa kuliah dulu, yaitu surat Yaasiin dan al-Kahfi.

Masa kuliah dulu memang saya baru hafal Yaasiin dan sempat saya ulang-ulang dalam berdiri sholat tahajjud, hingga Allah memberkahi saya dengan sesuatu yang sangat mulia.

Di tengah kesibukan kuliah, surat al-Kahfi memang belum sempat saya hafal, tapi karena saya baca setiap malam sebelum tidur, iramanya masih terekam hingga 25 tahun kemudian.  Yang mana memudahkan saya untuk menghafalnya.

Segera setelah saya me-recover hafalan Yaasiin, sayapun berusaha menghafal surat Kahfi ini yang dalam 5 bulan telah saya hafal sempurna.

Sebagaimana kebiasaan saya dimasa lalu, setiap surat al Qur'an yang baru saya hafal, segera menjadi menu tetap dalam sholat tahajjud.

Al-Kahfi ini memberikan sensasi luar-biasa dibaca dalam tahajjud, ada suatu kenikmatan tersendiri yang tidak bisa saya gambarkan disini.

Membaca Yaasin atau bahkan surat-surat pendek juga memberikan kenikmatan dalam tahajjud, tapi membaca al-Kahfi yang sebagian ayat-ayatnya lumayan panjang membuktikan firman Allah dalam surat Muzammil ayat 6: 

"Sungguh bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan".

Disini saya mengambil kesimpulan, seutama-utama hafalan Qur'an (terutama surat-surat panjang) adalah untuk dibaca pada sholat malam (Tahajjud).  Hal ini pula yang dilakukan Rasulullah SAW dan para shahabat mengikuti perintah Allah SWT pada bagian awal surat Muzammil.

Memang pada bagian akhir surat Muzammil, Allah SWT memberikan kemudahan bagi siapa yang 'udzur' karena sakit atau kesibukan mencari nafkah atau jihad fisabilillah di siang hari, untuk membaca yang mudah-mudah dari al-Qur'an.

Tetapi menjadi pertanyaan bagi sebagian kita yang bercita-cita menjadi hafidz, bila tidak ada kemauan untuk mengulang hafalan bacaan panjangnya di malam hari dalam sholat malam.

Mengulang-ulang bacaan Qur'an dengan duduk, walau mendapat pahala, tentu bukan hal yang utama dalam pandangan Allah SWT, Rasulullah SAW dan para Malaykat yang mulia.