Sabtu, 25 Oktober 2014

Satu Rahasia Agung dari Ayat Kursiy

Takwil Makna Kalimat 'Man dzalladzii yasyfa'u indahui illaa bi idznih'

Artikel ini pernah saya submit dalam satu forum diskusi online yang sudah tak ada lagi, pernah mendapat sambutan hangat dan keterkejutan dari para pemirsa yang menekuni ilmu-ilmu ladunni dan hikmah.  Apa yang saya sampaikan kembali, tidak lain hanya sekadar ingin berbagi ilmu dan hikmah atas apa yang dialami saya dan guru-guru dengan anugerah Allah SWT melalui pengamalan wirid surat-surat/ayat-ayat pilihan yang telah kita diskusikan selama ini.

Saya selalu meyakini bahwa peng-ILMU-an yang shahih bila dipraktikkan dengan peng-AMAL-an yang ikhlas dan terus-menerus (perhatikan kajian kita tentang makna wirid di awal-awal blog !), fa insya Allah akan melahirkan peng-ALAM-an yang indah dan hakiki.

ILMU -> AMAL -> ALAM adalah suatu rangkaian kata-kata yang terdengar serupa, tapi bukan kebetulan keberadaannya bagi mereka yang menekuni ilmu dan hikmah dari ayat-ayat Qur'an yang agung.

Semoga yang saya sampaikan menjadikan para pemirsa tambah mencintai Al-Qur'an dan Rasulullah SAW beserta dapat mengalami keajaiban-keajaiban seperti yang pernah saya dan para guru alami.  Mari kita kaji artikel berikut ini:

Kajian Makna Tersirat Ayat Kursiy (1)
Man dzalladzii yasyfa’u indahuu illaa bi’idznih-Siapakah yang dapat memberi syafa’at tanpa se-idzin-Nya

Rekan-rekan, memenuhi janji saya, juga untuk memenuhi ’dahaga’ bagi mereka yang ingin mengetahui apa yang tersirat (implicit) dalam ayat yang sangat agung dan mulia ini.  Dasar dari semua kajian ini tetap menggunakan tafsir mu’tabar dan hadis yg shahih juga mengikuti pendapat ulama besar.  Apa yg saya lakukan adalah menghubungkan apa yang terputus dan menganalisis berdasarkan pengalaman para ahli hikmah, dalam hal ini guru saya dan murid-murid beliau.

Prof Quraisy Shihab menjelaskan ’syafaat’ berasal dari kata ’syaf’u’ atau ’genap’.  Yang dimaksud disini ada pihak pemberi (pertolongan) dan ada pihak penerima (pertolongan).

Kalimat diatas adalah penjelasan dari Az Zumar:44 (yang bersifat negasi): ”Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semua. Kepunyaan-nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-nyalah kamu dikembalikan”.  Berarti walaupun syafaat milik Allah, masih dapat diberikan oleh fihak lain bila dengan izin-Nya.

Hadits-hadits shahih (Shahih Muslim) sampai kepada kita tentang syfaat memang banyak, tapi saya meng-klasifikasi-kan nya dalam 2 kategori :

1. Sya’faat Kubra (PUBLIC AMNESTY)
2. Sya’faat Shugra (SPECIFIC AMNESTY)

Syafa’at Kubra adalah berdasarkan hadis shahih dimana di padang mahsyar seluruh Nabi sangat ketakutan karna tak dapat membela umatnya, sehingga Nabi Adam memohon kepada Nabi Nuh, beliau tak mampu kemudian memohon Nabi Ibrahim, beliaupun merasa berat sehingga memohon Nabi Musa, beliaupun merasa sulit sehingga memohon Nabi Isa, beliau ternyata keberatan akhirnya memohon Nabi Muhammad SAW ”Bela lah kami di hadapan Tuhan anda” .  Didalam hadis lain Rasulullah bersabda ”Kemudian kumohonkan pembelaan bagi umat manusia, sesuai degan ketentuan yang digariskan Allah bagiku”.   

Disinilah tersingkap satu makna agung dari firman Allah,”Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamiin” !  Amnesty yang dimintakan Nabi Muhammad bukan hanya untuk umatnya, melainkan untuk umat manusia seluruhnya.

Sya’faat Shugra adalah berdasarkan hadis shahih, sabda beliau ”Setiap Nabi memiliki do’a khusus untuk menolong umatnya yang pasti diperkenankan didunia, tetapi aku insya Allah mengundurkannya untuk membela umatku di hari kiyamat (di padang mahsyar).”  Ini adalah syafaat khusus untuk umat Islam yang uniknya ini adalah hak Rasulullah yang ditunda atau belum terpakai.   

Dengan adanya kewenangan syafa'at Shugra lah sebagian ahli hikmah memaknai ’man dzalladzi yasyfa’u indahu illa biidznih’ sebagai Nabi Muhammad sebagai satu satunya yang dapat memberi syafaat tanpa melalui idzin Allah lagi.  Berbeda dengan syafaat kubra yang mana Rasulullah harus memohon dan meminta idzin Allah.   Ini suatu derajat luar biasa bagi beliau, bahkan Allah berfirman di surat An Najm:26 ”Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah meng-idzinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhoinya”

Karena ayat Kursiy ternyata mengandung makna tersirat akan ’derajat agung dan luar biasa Rasulullah’ maka banyak par sufi dan ahli hikmah meng-kombinasi-kan wirid ayat Kursiy dengan sholawat Nabi dan surat Yasin.  Dimana ayat Kursiy mengandung ’Derajat Agung Rasulullah’, sedang sholawat adalah ’doa untuk beliau’ dan surat Yasin mengandung ’nama rahasia untuk Nur Muhammad di alam malakut’ karena para Sufi memaknai ’Yaa Siin’ sebagai ’Ya Sayyidul Mursaliin’ atau ’Wahai Penghulu Para Utusan’.  Melalui kombinasi pengamalan wirid ini semua, guru kami berujar,”Ketika ber-doa di makam Rawdah di Masjid Nabawi-Madinah, dalam keadaan sadar saya mendapatkan suatu kenikmatan yang tak pernah akan bisa dibayangkan oleh mata, telinga, hati dan fikiran manusia”