Takwil Makna Kalimat 'Man dzalladzii yasyfa'u indahui illaa bi idznih'
Artikel ini pernah saya submit dalam satu forum diskusi online yang sudah tak ada lagi, pernah mendapat sambutan hangat dan keterkejutan dari para pemirsa yang menekuni ilmu-ilmu ladunni dan hikmah. Apa yang saya sampaikan kembali, tidak lain hanya sekadar ingin berbagi ilmu dan hikmah atas apa yang dialami saya dan guru-guru dengan anugerah Allah SWT melalui pengamalan wirid surat-surat/ayat-ayat pilihan yang telah kita diskusikan selama ini.
Saya selalu meyakini bahwa peng-ILMU-an yang shahih bila dipraktikkan dengan peng-AMAL-an yang ikhlas dan terus-menerus (perhatikan kajian kita tentang makna wirid di awal-awal blog !), fa insya Allah akan melahirkan peng-ALAM-an yang indah dan hakiki.
ILMU -> AMAL -> ALAM adalah suatu rangkaian kata-kata yang terdengar serupa, tapi bukan kebetulan keberadaannya bagi mereka yang menekuni ilmu dan hikmah dari ayat-ayat Qur'an yang agung.
Semoga yang saya sampaikan menjadikan para pemirsa tambah mencintai Al-Qur'an dan Rasulullah SAW beserta dapat mengalami keajaiban-keajaiban seperti yang pernah saya dan para guru alami. Mari kita kaji artikel berikut ini:
Kajian Makna
Tersirat Ayat Kursiy (1)
Man dzalladzii
yasyfa’u indahuu illaa bi’idznih-Siapakah yang dapat memberi syafa’at tanpa
se-idzin-Nya
Rekan-rekan,
memenuhi janji saya, juga untuk memenuhi ’dahaga’ bagi mereka yang ingin
mengetahui apa yang tersirat (implicit) dalam ayat yang sangat agung dan mulia
ini. Dasar dari semua kajian ini tetap
menggunakan tafsir mu’tabar dan hadis yg shahih juga mengikuti pendapat ulama
besar. Apa yg saya lakukan adalah
menghubungkan apa yang terputus dan menganalisis berdasarkan pengalaman para
ahli hikmah, dalam hal ini guru saya dan murid-murid beliau.
Prof Quraisy
Shihab menjelaskan ’syafaat’ berasal dari kata ’syaf’u’ atau ’genap’. Yang dimaksud disini ada pihak pemberi
(pertolongan) dan ada pihak penerima (pertolongan).
Kalimat diatas
adalah penjelasan dari Az Zumar:44 (yang bersifat negasi): ”Hanya kepunyaan
Allah syafa’at itu semua. Kepunyaan-nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian
kepada-nyalah kamu dikembalikan”.
Berarti walaupun syafaat milik Allah, masih dapat diberikan oleh fihak
lain bila dengan izin-Nya.
Hadits-hadits
shahih (Shahih Muslim) sampai kepada kita tentang syfaat memang banyak, tapi
saya meng-klasifikasi-kan nya dalam 2 kategori :
1. Sya’faat Kubra
(PUBLIC AMNESTY)
2. Sya’faat
Shugra (SPECIFIC AMNESTY)
Syafa’at Kubra
adalah berdasarkan hadis shahih dimana di padang mahsyar seluruh Nabi sangat
ketakutan karna tak dapat membela umatnya, sehingga Nabi Adam memohon kepada Nabi
Nuh, beliau tak mampu kemudian memohon Nabi Ibrahim, beliaupun merasa berat sehingga
memohon Nabi Musa, beliaupun merasa sulit sehingga memohon Nabi Isa, beliau
ternyata keberatan akhirnya memohon Nabi Muhammad SAW ”Bela lah kami di hadapan Tuhan
anda” . Didalam hadis lain Rasulullah
bersabda ”Kemudian kumohonkan pembelaan bagi umat manusia, sesuai degan
ketentuan yang digariskan Allah bagiku”.
Disinilah tersingkap satu makna agung dari firman Allah,”Wa ma arsalnaka
illa rahmatan lil alamiin” ! Amnesty
yang dimintakan Nabi Muhammad bukan hanya untuk umatnya, melainkan untuk umat
manusia seluruhnya.
Dengan adanya kewenangan syafa'at Shugra lah sebagian ahli hikmah memaknai ’man
dzalladzi yasyfa’u indahu illa biidznih’ sebagai Nabi Muhammad sebagai satu satunya
yang dapat memberi syafaat tanpa melalui idzin Allah lagi. Berbeda dengan syafaat kubra yang mana
Rasulullah harus memohon dan meminta idzin Allah. Ini suatu derajat luar biasa bagi beliau,
bahkan Allah berfirman di surat An Najm:26 ”Dan berapa banyaknya malaikat di
langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah
meng-idzinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhoinya”
Karena ayat
Kursiy ternyata mengandung makna tersirat akan ’derajat agung dan luar biasa
Rasulullah’ maka banyak par sufi dan ahli hikmah meng-kombinasi-kan wirid ayat
Kursiy dengan sholawat Nabi dan surat Yasin.
Dimana ayat Kursiy mengandung ’Derajat Agung Rasulullah’, sedang
sholawat adalah ’doa untuk beliau’ dan surat Yasin mengandung ’nama rahasia
untuk Nur Muhammad di alam malakut’ karena para Sufi memaknai ’Yaa Siin’
sebagai ’Ya Sayyidul Mursaliin’ atau ’Wahai Penghulu Para Utusan’. Melalui kombinasi pengamalan wirid ini semua,
guru kami berujar,”Ketika ber-doa di makam Rawdah di Masjid Nabawi-Madinah,
dalam keadaan sadar saya mendapatkan suatu kenikmatan yang tak pernah akan bisa
dibayangkan oleh mata, telinga, hati dan fikiran manusia”