Rabu, 14 Oktober 2015

Siapa Yang disebut Wali Allah ?

Pemahaman tentang Wali Allah harus diluruskan, banyak sekali umat Islam mengikuti pengajian membahas ayat-ayat Qur'an tapi TIDAK DIBACAKAN DENGAN BENAR oleh Ustadz/Kyai/Syekh mereka.

Ayat-ayat al Qur'an tentang ke-wali-an di surat Yunus adalah dari 62 sampai 64. Mohon dibaca dengan lengkap. Ini mencakup baik Wali Masyhur maupun Wali Mastur, karena dasar dari ke-wali-an. 

Sebagian kaum lagi...sering membaca hanya sampai 63, sehingga bila kita menganggap diri kita ber-iman dan ber-taqwa maka diri kita adalah Wali.

Sebagian lagi malah cukup sampai ayat 62, aneh sekali....padahal ayat itu BERSAMBUNG SAMPAI AKHIR AYAT 64 !

Mengapa dalam ayat 62 dikatakan tidak ada ketakutan dan kesedihan ? 

Karena dijelaskan dalam ayat 64 bahwa mereka sudah dapat kabar gembira (al-Busyro)kaum sufi berpendapat al-Busyro adalah tanda awal dari ke-wali-an.

Dan hebat-nya Allah menggunakan redaksi 'Lahumul Busyroo fil HAYAATID DUNYAA wafil aakhiroh"

Perhatikan 'HUM' di atas yang berarti MEREKA adalah merujuk kepada Wali Allah di ayat 62 !

Perhatikan juga al-Busyro yang para Wali dapatkan sudah semenjak didunia, tidak cukup dengan menyebut dunia....bahkan Allah menyebut HAYAAT atau ketika masih hidup ! 

Al Busyro itulah yang membuat mereka tidak pernah khawatir dan bersedih hati...karena mereka sudah mendapat berita gembira tentang kedudukan mereka yang luhur dan mulia di akhirat, apapun keadaan mereka di dunia !

Ayat 63 memang menunjukkkan syarat dasar ke-Wali-an adalah IMAN dan selalu TAQWA...tetapi karena setiap diri kita bisa merasa ber-iman dan ber-taqwa maka Allah menjelaskan lagi di ayat 64, yaitu bila sudah mendapat bukti al-Busyro baru mereka boleh disebut Wali.

Bentuk al-Busyro bisa melalui mimpi yang benar dikabari Rasul SAW tentang sejati-nya diri kita dan kedudukan spiritual kita di akhirat, juga bisa mendapat kabar gembira yang disampaikan malaykat saat kita dalam keadaan sadar seperti Fushilat 30-31.

Sabtu, 10 Januari 2015

Rahasia Surat al-Kahfi dan Derajat ke-Iman-an

Setelah melihat banyak sekali pemirsa meng-akses blog saya yang sederhana ini saya merasa sangat ber-syukur kepada Allah SWT bahwasanya sebagai hambanya yang dhaif, bukan seorang ulama dan bukan orang penting dalam masyarakat, tapi tetap dapat berkontribusi dalam proses saling menasihati dalam al-haq dan as-shabr.

Berikut dibawah adalah artikel yang saya posting dalam salah satu forum diskusi spiritual, sebagai tanggapan terhadap anggota forum yang membuka rahasia tentang derajat ke-wali-an seorang Habib yang ketika itu masih hidup, yang mana Allah membuka 'bashiroh' (mata-bathin) anggota forum tersebut tentang jumlah malaykat yang mengitari beliau Rahimahullah:


Alhamdulillah saya dibuka pemahaman oleh Allah, memang benar salah satu tanda para Wali Allah adalah mereka dikitari oleh malaikat. 

Sebenarnya orang awam (bahkan yg kafir sekalipun) di jaga 2 malaikat. Seperti yg tercantum dlm surat Rad (malaikat yang menjaga di depan dan di belakang).

Nah bila kita bisa 'melihat' seorang Wali Allah dikitari, katakan 5 malaikat, maka sebenarnya pangkat ke-iman-an sang Wali adalah plus 3 karena 2 malaikat lagi yg memang mesti ada menjaga setiap manusia.

Dalam kasus Habib tersebut berarti pangkat ke-iman-an Beliau adalah plus 8, yg dalam hirarki ke-wali-an hanya berada di bawah Wali Quthb yg mempunyai ke-iman-an plus 9.

Secara pribadi saya percaya beliau punya derajat yg sangat tinggi. Selain ada dalam derajat tertinggi ke 2 stlh Wali Quthb, nampaknya beliau juga mempunyai kekhususan memiliki 'hati Muhammad'. Kekhususan yg nampaknya jarang ada dalam jagad per-wali-an.

Tanda kelahiran beliau saya hitung juga '9' yg biasanya menunjukkan kecendrungan rohani yg sangat tinggi.

Hanya secara bathin saya belum sempat 'melihat' Beliau, beda dgn seorang Habib lain yg sangat masyhur dan wafat lebih dulu, yg Allah sempat perlihatkan beberapa malaikat yg menjaga Beliau, dan tampaknya masih dibawah jumlah yg menjaga Habib tersebut.

Satu catatan penting lagi, seorang Wali dari golongan Sayyid (Habib) umumnya selain di keliling Malaikat dalam jumlah yg lumayan, juga mendapat tambahan pendampingan oleh Nur Rasulullah. Nah bila seorang Wali juga didampingi 'Nur Rasulullah' maka pangkat keimanannya jadi bertambah.

Misalnya seorang Wali di jaga oleh 6 Malaikat, yang berarti pangkat keimanannya adalah plus 4 akan setara dengan seorang Wali yg dijaga 5 Malaikat plus Nur Rasulullah, yg secara total juga memiliki pangkat keimanan plus 4.

Ada kemungkinan dari 10 malaikat yg dilihat anggota forum tsb, satunya adalah Nur Rasulullah, tapi tetap menunjukkan pangkat keimanan plus 8, satu derajat kewalian yg sangat tinggi, MASYA ALLAH !!!

Setelah mampu menghafal surat al-Kahfi, dimana saya hampir setiap malam berdiri membaca surat al-Kahfi terkadang penuh dalam satu raka'at, terkadang saya bagi dalam 2 roka'at, setelah mungkin 2-3 bulan saya amalkan, pada satu malam, Allah membuka 'mata-bathin' saya tentang hal ini.

Saya melihat sendiri jumlah malaykat yang mengitari saya.  Ditambah satunya lagi adalah Nur Rasulullah.  Alhamdulillah, ketekunan saya membaca sholawat bada sholat fardhu selama 30 tahun telah menampakkan hasilnya. 

Saya coba hitung jumlah mereka, setelah saya kurangi 2 yang wajib menjaga setiap diri dari umat manusia, maka saya masih mendapatkan tanda ke-iman-an yang lebih untuk diri saya, Alhamdulillah...Allohu Akbar !

Surat al-Kahfi ber-isi rahasia-rahasia ke-wali-an dalam derajat spiritual dan tugas-tugas kemanusiaan yang berbeda, dan bahkan ada satu ayat yang tampaknya bila dibaca dengan tekun akan membuka pandangan bathin, tentang rahasia diri-kita, atau bahkan orang lain.  Satu rahasia yang hakiki, dimana paranormal tak akan akan tembus pandang, apalagi segala bentuk per-dukun-an na'udzu billah !

Akan tetapi ayat tertentu ini tak akan saya ungkapkan disini, karena mengamalkan surat al-Kahfi secara penuh, apalagi dalam keadaan berdiri sholat adalah hal yang sangat utama, inilah wirid Al-Qur'an yang tertinggi dan paling agung.

Berkata Syekh Athailah As-Sakandri Rahimahullah dalam kitab al-Hikam:

 "Terkadang Allah membuka beberapa hal ghaib kepada murid, tapi menutup mata-bathin mereka dalam mengetahui rahasia diri (mereka sendiri atau hamba Allah yang lain).  Boleh jadi mengetahui rahasia seorang hamba Allah adalah hal yang lebih sulit, karena bisa jadi fitnah bila mereka tidak ber-akhlaq ilahiyah"